Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan, blue economy atau ekonomi biru, yakni pembangunan ekonomi berbasis sektor kelautan memiliki potensi besar untuk negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, hal tersebut dikarenakan mayoritas ASEAN terdiri dari perairan. "Blue economy merupakan potensi yang besar karena lebih dari 66 persen luas wilayah Asia Tenggara adalah samudera dan lautan," ujarnya dalam ASEAN Blue Economy Forum 2023, Senin (3/7/2023).
Tidak hanya itu, luas laut di Asia Tenggara yang sekira 8,9 juta kilometer persegi bisa menjadi modal untuk mendorong blue economy. "Ini mengukuhkan area seluas 8,9 juta kilometer persegi yang kira kira merupakan 2,5 persen dari total lautan di dunia. Termasuk batas batas sungai untuk pembangunan ekonomi biru di ASEAN," katanya. TPD AMIN Sulsel Sebut Gibran Tak Punya Attitude saat Debat Cawapres: 'Menjijikkan'
Apa Itu Greenflation? Istilah yang Ditanyakan Gibran ke Mahfud saat Debat Cawapres Menteri PPN Sebut Blue Economy Potensi Besar untuk Negara Asia Tenggara Penjelasan Cawapres Gibran saat Debat Dinilai Dangkal, Pengamat: Kurang Bagus Untuk Elektabilitas
Menteri Jokowi 'Ngambek' Ogah Jawab Pertanyaan Gibran Saat Debat Cawapres, Ini Alasannya Sektor Perikanan Kaltim Punya Potensi Perluas Pasar di IKN, Blue Economy Jadi Strategi Pemerintah Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 88 89 Kurikulum Merdeka: Teks Negosiasi Halaman all
Suharso menambahkan, perairan ASEAN juga berperan dalam membuka ratusan juta lapangan kerja dan ASEAN menyumbang kontribusi triliunan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap ekonomi dunia. "Mengejutkan, bahwa perairan Asia Tenggara menyumbang 15 persen dari perikanan global dan mempekerjakan sekira 625 juta orang di sektor terkait. Ini menghasilkan 3,26 triliun dolar AS untuk ekonomi dunia," pungkasnya.